Rabu, 13 Mei 2009

Ketika Hati Demikian Mati

Posted in by L-Bee | Edit
Kenangan

Sesekali kuberlinang
membenahi sisa2 kenangan
menata serpihan peristiwa
yang berlalu terbang menerpa
Sulit kuhapuskannya
tersedu ku dibuatnya
teramat sakiti
begitu membebani
Bayangannya menghujam
mencengkeram dan menerkam
tak sanggup diri ini
menyudahi
Kini kutenggelam
terangkum dalam kelam
kelabu hati menyelubungi
hatiku, yang berantakan berurai


Serpihan Aku
(Chairil Anwar Mixed)

Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang pun merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku kan meradang menerjang
Luka yang bisa kubawa berlari
Berlari...
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Karena,
Aku yang sendiri
Berani mengembara
Mencari di pantai senja
Biar angin malam menderu
Menyapu pasir menyapu gelombang
Dan sejenak pula menyisir rambutku
Aku mengembara sampai menemu
Rambutku lepas terurai
Apa yang kucari
Di laut dingin asing pantai
Menapaki hati dalam sunyi
Sepi ..
Sendiri..
Ini muka penuh luka
Siapa punya?
Kudengar seru menderu
Dalam hatiku
Apa hanya angin berlalu
Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta
Ah..!!
Segela menebal segala mengental
Segala tak kukenal
Selamat tinggal
Bukan perpisahan benar menusuk kalbu
Kerelaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertahta
Ada tanganku
Sekali akan jemu terkulai
Mainan cahya di air hilang bentuk dalam kabut
Dan suara yang kucintai kan berhenti membelai
Berganti temaram memagut pilu yang tergerai
Aku mau bebas dari segala
Merdeka..
Kita guyah lemah
Sekali tetak tentu rebah
Segala erang dan jeritan
Kita pendam dalam keseharian
Mari tegak merentak
Diri sekeliling kita bentak
Ini malam purnama akan menembus
Kan mereguk asa yang halus nan membius
Dulu, aku..
Bersandar pada tali warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutku mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik-narik seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang takkan membelah
Dan kini..
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak
Lurus kaku pepohonan sampai ke puncak
Ini sepi terus ada. Dan menanti!
Cukup! Tertidurlah dalam sedu! jangan mengusik!
Terbayang, penghabisan kali itu kau datang
Membawa karangan kembang
Mawar merah dan melati putih
Darah dan suci
Kau tebarkan depanku
Serta pandang yang memastikan: Untukmu
Sudah itu kita sama termangu, saling tanya:
Apakah ini cinta? Keduanya tak mengerti
Sehari itu kta bersama. Tak hampir menghampiri
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Rasakan! Kau dikoyak-koyak sepi
Tinggallah,
yang terampas & yg putus
kelam angin malam lalu mempersiang diriku
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk,
rimba jadi semati tugu
Di sini, berbelaikan deru angin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku.
jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu
tapi kini hanya tangan yg bergerak
lantang tubuhku diam & sendiri,
cerita & peristiwa berlalu beku


Datanglah

Saat kurasa yg kusalah
apa yg buat hingga ku menyerah
yang melaga malah kudihentak
serasa pecah memberantak
satu harap tak kunjung ada
berkah Tuhan tak jua berada
malah cukup dg dekap luka
yg menjelma yg menyiksa
ingin kupecahkan rona sukma
yg menyepi yg bergelora
tiada yang menjamahnya
harus kuakhiri tp bagaimana?
tanpa dia tanpa dirinya
apa diri ini masih teramat nista
hingga kaU tak percaya
sudahlah..
datanglah padaku
biar hilang ini haru
musnah seluruh pilu
karenaMu...

Akankah?

Sanggup tak mudah kurenggut
luka menganga memagut
merangsak memburam
menetak tenggelam
hingga waktu mendayu
melagu menghiburku
entah suka atau pilu
yang terasa yang membiru
saat selaksa merupa
merombak mendesak
menyesak
kuhadang malah bergolak
kutenang malah berontak
hampir mati ku terhempas
oleh hati yang kini membuas
tak henti menyepi
ketiadaan lain hati
tlah memaksaku begini
akankah ada yang mengakhiri?

Hinaku

Sebenarnya apa yang sedang kualami
Dalam sepi kumenapaki diri
Mencari arti di balik goresan2 hati
Yang terombang ambing akan apa yang ku maui
Sungguhpun tak pernah ku mengerti
Yang ada dan mengena dalam sanubari
Hanya luapan yang berakhir kediaman
Hanya ungkapan yang berakhir penyesalan
Aku adalah orang yang paling bersalah
Begitu banyak ku menuai rasa
Tak pernah berpijak
Tak sanggup meletak
Sudah sekian melati yang kusinggahi
Bahkan mawarpun tak lupur kugapai
Yang kini…
Malah merangkap dan berlipat2
Kemudian menghempasku
Menampar wajahku
Mencabikku, merobekku, menyayatku
Hingg kini kutermangu
Menebar sendu dalam kelabu
Mencari2 syahdu yang melagu
Satu pintaku…
Maafkanlah aku…

Yang Kumau

di peraduanku
kumasih termangu
batinku tersiksa
semakin menjadikanku lara
rindu mengambil peran
pada hatiku yang merana
menorehkan luka dalam raga
ingin aku menjerit
atas apa yang menimpa
tapi, aku bukanlah pria yang lemah
yang mudah putus asa
aku tentukan tekad
mengerahkan segenap kekuatan
untuk bisa terlepas
dari semua beban2 yang memberatkan
suatu hari dalam malam
datanglah seorang utusan
dalam setiap mimpi2ku yang gamang
yang menitipkan dewinya
yang menarik setiap hati
menyenagkan setiap jiwa
akankah aku terima
sang dewi yang cantik jelita
Ah, terserahlah...
yang kumau kini bukanlah apa2
ataupun cinta
melainkan hanya terlepas dari segala keluh kesahku saja...

Alampun Menyapa

Hari semakin menua
Mentari tlah sampai ke peraduannya
Sang burung kehilangan kicau indahnya
Tak seperti pagi tadi
Menerawang tinggi ke awan
Mencoba ungkapkan rasa
Yang kini tersamarkan
Oleh ketiadaan pengalaman
Entah mengapa
Alam seperti mengerti keadaanku
Lewat tingkahya setiap waktu
Melukiskan keluh kesahku
Menegarkanku
Dari seluruh beban jiwaku
Malam kian melegam
Memanggilku tuk memejam
Kicauan burung memecah keheningan
Mengusikku
Semilir angin melambai-lambaikan dahan
Seolah-olah menyemangatiku
Yang terliputi oleh duka
Kusatukan diriku
Dengan sang alam
Yang menginginkan keberadaanku
Terlihat...
Gunung menjulan tinggi
Menunjukkan kegagahannya
Menegurku
Tuk tetap teguh sepertinya
Gemericik air mengalir
Diiringin ikan2 yang slalu berdzikir
Mencoba mengingatkankyu
Agar terus melaju & maju
Akhirnya kutersadarkan
Lewat tangan alam-Nya
Teriring doa untuk-Mu
Duhai Rabb-ku yang maha pengasih
Turunkanlah rahmat-Mu padaku
Demi menenangkanku
Dari kegerahan sukmaku
Tuk ceriakan hari2ku
Walaupun... hanya sekejap saja

Ingin Mati

Sayup2 mengalun sendu
menghanyut hingga semu
tak jemu sunyi melagu
tak lepas asa menghempas
bagai rinai sembunyi duka
tenggelam tanpa bersisa
menunjukkanku
tuk menerima segala
tanpa bercak noda
tidak cela di dada
tiada sanggup ku menghelak
semakin sesak menyeruak
hati demikian sunyi
ingin mati
kemanakah hendak kubersanding
jikalau tak seorangpun mengerti
aku punya hati yang berserak
tercecer tak berbentuk
cukuplah aku merasa
tak percaya dengan semua
aku mau bebas sesuka
melupakan semua
melupakannya....
pergi dari dunia fana
selamanya...


Renunganku

termenung ku di sini
memikirkan pa yang terjadi
sebuah peristiwa
yang terpatri di hati
sebuah kata yang terucap
menyejukkan jiwa ini
memanjakan hati ii
indah sekali
tiga kata maut
mengambil hati yang kalut
aku jadi terhanyut
buatku bak tenggelam ke laut
AKu SUka PAdamu
kata terindah darimu
khusus untukku
lambang cintamu padaku
kuterdiam kembali
teringat kejadian pagi tadi
dua kata darimu
yang menyakitkan hati
Kita PUtus...
aku hanya bisa terpaku
tak mempercayai pendengaranku
kau tentramkan hatiku
dengan kata2mu
kau pun hancurkan hatiku
dengan kata2mu
tapi apalah dayaku
kau maui itu
kutermenung kembali
meratapi diri ini
tinggallah ku sendiri
mencoba menghibur hati
walau getir yang kurasa
kutegarkan diri dengan berkata:
Ya udahlah ga' apa2
namanya juga manusia

Juwitaku

juwita dimanakah kau
saatku membutuhkan kehadiranmu
saatku merindukan dirimu?
saatku memerlukan bantuanmu
saatku mendambakan senyummu
tahukah kau
tanpamu
kutertahan dalam kesepian
kuterdiam dalam ketermenungan
tertikam pisau kerinduan
terkurung dalam kegelisahan
aku berlutut dalam malam
berdiri dalam kelam
mengumbar perasaan
yang sepi memilukan
juwita datanglah padaku
bawalah pergi hatiku
berikanlah walau sedikit pancaran cahaya murni dari cintamu
tuk terangi jiwaku yang sendu
tapi kusadari satu hal
dirimu bukanlah milikku
kuinginkan kau dismpingku
muakah kau jadi kekasihku?



Tentang Diriku

teringatlah diriku
akan sebuah kenangan
terpelihara dalam hati
melanglang buana jiwa
aku teringat kembali
gambaran masa lalu
yang sempat terlupa
namun pernah membuat lara
dan jiwa ku pun merana
aku yakinkan diri
melawan semua ini
menguatkan hati
mencoba tetap teguh
layaknya mentari
tapi kutak bisa
bayangmu terlalu indah
senyummu terlalu manis
tawamu terlalu menyeriakanku
dirimu terlalu elok tuk kulupakan
akhirnya kumenyerah
merelakan jiwa
terbelenggu angan
yang menghanyutkan
tinggallah ku sendiri
masih dilanda kebingungan
mencoba tetap tabahkan hati
dari apa yang telah terjadi
tapi...
kutak bisa
menahan perasaanku
yang kian lama
mengiris hatiku yang sunyi
akan cinta yang sejati
kulangkahkan diriku
menggapai perasaanku
mewujudkan inginku
meraih cinta yang suci
mengukir jalanku sendiri
demi hidup indah nan abadi
Tapi...


Merpatiku


luluh hatiku
menerima semua
tak ada yang menemani
selalu dan selalu sendiri
di dalam sepi
kuterpuruk mati
tenggelam dalam sunyi
serita semakin menyakiti
tolonglah diriku
tegakkan langkahku
luruskan niatku
duhai sang merpatiku
bawalah kau terbang
melayang tinggi lewati awan
tuk hilangkan keresahan
yang menyita kedamaian
sang merpatiku
kuinginkan dirimu
selalu bersamaku
dalam setiap waktuku
namun... ku tak ingin mengekangmu
biarlah dirimu
bebas tanpa belenggu
yang perlu kau tahu
aku sangat mencintaimu

Dilema


dengarkanlah
rintihan hati
yang teraniaya sepi
terpedaya sunyi
aku masih di sini
menunggu dirimu
sang pujaan hati
yang telah pergi
aku dilanda rindu
yang menyatu dengan haru
tak ada yang menolongku
lepas dari dilemaku
masih ku terdiam
berselimutkan duka
yang kian lama
berubah menjadi luka
dan luka pun kian menganga
disertai api asmaraloka
yang menghanguskan jiwa
menghitamkan hati yang cela
tapi kuteringat
akan janji yang kuucap
aku,,,
bukanlah seorang pengecut
yang mudah menyerah dengan maut


MuPergi Sakiti

Galau kusedu
tak menentu
merayu sapuan candu
melaju merasakanmu
Deduran hati tak menepi
tak surut main menghantui
hingga rasa tiada rupa
saat rasta meregang ada
Pesona diri mengenai
tak sirna tak pula tercari
menjauh ku yak menemui
dirimu yang tak lagi menyertai
Sepi tanpa kau di sini
haru biru teramat menyakiti
jangan pergi ! bersualah lagi
aku butuhkanmu, melengkapi
Tanpamu kutak bisa
menantimu kuselamanua
menggapaimu tuaikan raga
Karenamu, Olehmu dan Sebabmu
Aku begini begitu menggila



Ingin Mati

Semua luka menaburkan duka
Semua asa berujung nelangsa
Hanya kesempatan yang tak lama
Tuk sembuhkannya bak sediakala
Ketiadaan kuasa
Membuat dunia demikian merana
Membuat kepedihan merajalela
Mencabik-cabik pandangan sentosa
Tak untuk dipermainkan
Tak pula dipontangpantingkan
Hati ini punya rasa
Teramat lama menahan kemelut jiwa
Kapankah ia kan merdeka
Jika hanya bermimpikan angan belaka
Jika tak disemaikan dengan mulia
Pastilah rapuh terkungkung samsara
Tak lama lagi
Ia takkan kuasa menahan ini
Sudah saatnya tuk mengakhiri
Apakah dengan mati
Ataukah bunuh diri?
Apatah cukup hanya berdiam sepi



Leave Me

Perempuan dating atas nama cinta
Pergipun menuaikan luka nan menganga
Sebinar wajah ayu melaksana
Merombak cint lalu hancurkannya
Biarkanku mengembara
Biarkanku sendiri tanpa cinta
Melepas semua asa
Dukamu, dinda
Agar kau tahu
Kupunya beribu jiwa
Yang ingin melanglang buana
Yang berhimpun menuju ria
Kau ajarkanku makna hidup
Kau ajarkanku pula kelam
Di balik senyummu yang menentramkan
Kau hinakanku kau remukkanku
Mengenai apa yang kini kurasa
Yang kini meluap meronta
Membuas melandas culas
KARENAMU…
Yang berlalu
Yang tinggalkanku

Tahukah Engkau

Duhai kau yang di sana
yang tak lagi ingat padaku
jiak aku tak menghubungimu
jika kau tak menanyakan kabarmu
kau telah terlupa
dengan diriku yang merana
tak pernah ingin tahu
masa bodoh akan keadaanku
hatiku sakit tak terkira
aku memang menetahui
keadaanmu saat ini
kau memang tak sendiri
telah bersanding dengan lain hati
walaupun demikian
aku masih mengharapmu
dengan sepenuh hatiku
kuusahakan sebisaku
untuk tetap setia padamu
tapi apalah dayaklu
kau bukanlah kekasihku
yang aku bisa
hanyalah berdoa dan berdoa
agar kau bahagia bersamanya

Bayangmu

Risau aku menyepi

mendalami isyarat hati

yang selalu setia menemani

terpaku

kuterbuai selalu

oleh setia gambaran wajahmu

yang selalu dan selalu saja terngiang2 dalam anganku

tapi

kenyataannya

kau tak peduli

akan perasaanku yang suci

melalui sujudku

komohon padaMu

kuatkanlah diriku

berilah kau karuniaMu

bulan berganti tahun

aku kian bergantung

pada doa yang kulantukan

kepada tuahan yang maha merasakan

aku lelah

sungguh aku telah terbawa

kedalam dirimu yang disana

tanpa bisa berbuat apa2

hanya dapat berangan saja


Kematian Hati

Surya hati terhenti menyinari
lumpuhkan rasa yang demikian terbebani
memantik kobaran pilu yang kian mengisi
merelakan impian yang tak lagi mewarnai
hamparan kesediahan membentang
menyuburkan benih2 kegalauan
dalam naungan butiran kelemahan
membuat hati tak karuan
Cukup sudah
akhirnya hanya bisa menyerah
terlarut
dalam gelimang resah
terbalut semu yang hadirkan jengah
mancoba tuk terlepas
namun malah jatuh terhempas
bayang2 nanar memenuhi angan
tak menyisakan keindahan2
tinggallah kepedihan yang tak tertahankan
dan kerisauan yang melumat2 kedamaian

Reka Rasa

Menyelubungi angan dalam kehampaan
merangkul erat dalam kehaningan
mendera keresahan yang kian memilukan
menyedihkan... yang kini kurasakan
Hampa...
hancur semua yang ada
akhir dari semua
membuatku terluka
perihpun terasa
alhasil... kumerana
Hening...
heran kuberkurang
egoku meradang
niatku hilang
impian kian terbayang
namun tiadakan datang
ganti mimpi yang hanyalah bumerang
Pilu...
penderitaan menderu
isu menjadi cara yang dituju
lemahnya pemikiranku
untuk meyakinkanmu
Sedih...
selaras busur perih
enggan tuk segera pergi
dan akupun lelah berdiri
ingin segera berlari
hilangkan asa yang kian menyakiti
Rasa...
ramah nian engkau juwita
abaikan aku yang nelangsa
semua telah nyata
aku lah yang bersalah
Kini..
kuharap kau ceria lagi
inginku kau tertawa kembali
namamu terukir di sini
indahlah jua kasih.. kumenunggumu sendiri


Entah

Kutak tahu mengapa & mengapa
Kualami ini semua
Aku terhina
Lalu terluka
Bukankah aku juga manusia
Yang bisa curahkan segala yang ada
Tanpa dibatasi ruang semu semata
Bebas bagaimanapun kusuka
Tapi, apakah aku ini benar adanya
Entahlah...
Namun kuyakini... aku punya selera
Yang kadang bikin orang terhenti bertawa
Jika memang aku salah
Maka tunjukkanlah yang bisa buatku percaya
Akan tingkhku yang semena2
Bukan hanya asal menohok saja
Karena.. Eforia & Eureka
Yang kujadikan arah tuk berlaga
Bukan lagi impian yang beranak fatamorgana
Tapi cita2 yang harus terlaksana
Yang kuinginkan...
Bukan saling menghina
Bukan saling menduga
Melainkan hidup bersama
Damai yang berwujud nyata

Entahlah

Mungkin belum saatnya
Kuuraikan segala maksud jiwa padanya
Memang kurasakan indah kala kudengannya
Namun…
Apakah ini kedamaian yang kudamba
Yang kunanti2 dengan sepenuh raga sebelumnya
Entahlah…
Dengannya kuceria
Bersamanya kusentosa
Tapi mampukah ia tetap mau saat kubutuhkannya?
Bersediakah ia penuhiku dengan siraman sayangnya?
Entahlah…
Berkali kutanyakan padanya,
Apakah engkau bahagia?
Sudahkah engkau suka?
Tapi seharusnya aku berkata pada diriku yang di sana:
Apakah aku ini bahagia?
Sudahkah engkau lega?
Entahlah…
Sebenarnya ini salah siapa
Dia..
Ataukah aku adanya
Entahlah…
Kubingung dengan semua
Kulinglung memikirkannya
Ah..
Buatku pusing kepala saja
Entahlah..
Bagaimana seterusnya

Hatiku

Sentuhan kasih terhenti
Guyuran sayang kian mati
Tertutup gelora yang menyepi
Memagut kesenjangan di hati
Penampakan kehampaan
Menakutkan kerinduan
Membuat lari kecintaan
Tiada lagi tertahan
Walau hanya selaksa noda
Tapi itu kan damai dan abadi
Di pelosok hati yang sunyi
Kakan senttuhan kasih berbuah ikhlas di hati
Jikalau hati ingin berkata
Ia kan selalu mengeluh
Kenapa selalu saja ia yang disalahkan
Ketika pemiliknya terhancurkan
Cukup…
Kini ia ingin sendiri
Merenungio hari yang telah terlewati
Dengan kesabaran yang tiada habis
Demikianlah hatiku menangis….

Usai Sudah

Waktu berjalan
Tiada lagi yang kurasakan
Semua kata telah habis
Tinggallah tangis
Yang berujung ketiadaan
Kehinaan
Kucoba tuk merasuki hatimu
Tapi kau malah campakkanku
Kau…
Yang kudambakan
Malah tak hiraukanku
Kau….
Yang kucinta
Malah rendahkanku
Cukup..
Aku menyerah
Aku sudah tak kuasa lagi
Dengan sikapmu yang buatku lara
Aku harus pergi
Tak mau lagi
Diperlakukan begini
Selamat tinggal kasih

Dalam Kesendirianku

Duhai kasih….
Di sini aku berdiam diri
Tenggelam dalam lautan sepi
Bermain dengan angan yang melayang
Lewati awan yang berayun pelan
Duhai kasih...
Dalam keheningan ini
Kuinginkan engkau di sini
Temani aku yang dilanda sepi
Tuk rajut benang-benang cinta
Membentuk simponi yang indah
Duhai kasih...
Kini....
Inginku tinggallah kenangan
Terhalang penjerat yang membelenggu diri ini
Yang lambat laun memaksaku
Merelakan hilangnya perasaan cintaku
Duhai kasih...
Jika engkau tak jua menyadari
Secercah cahaya cinta dalam hati
Yang kian meredup
Kehilangan bias sinar yang merekah indah
Biarlah....
Kuingin engkau bahagia
Dengan yang lain yang lebih sempurna
Menggantikanku yang tiada daya
Tapi...
Kujanjikan satu hal...
Hati ini...
Milikmu...
Tuk selamanya...

Di Perantara Resahku

Terkadang aku terdiam
Tak mengerti keadaanku
Termenung kusendiri
Tak jua bisa mengartikannya
Terpejam kumemikirkan
Terengkuh dalam kebingungan
Tak pernah bisa bebas
Tak sanggup kumelepas
Mendekap rasa
Mengalunkan nada-nada duka
Mencoba senangkan diri
Alampun ikut mengerti
Masih di sini
Tak jua mengerti
Kurenungkan ini semua
Dengan alam yang tersenyum ceria
Belaian lembut sang angin
Menertaiku yang dirundung sepi
Membuatku terlupa
Akan gerah yang melanda
Begitu tenang...
Tentram...
Damai...
Dikala aku meliputinya
Kalau hati telah luka
Kutak pernah lupa
Akau tidaklah sendiri
Tetaplah ada yang menemani

Takdirku

Mungkin inilah takdirku
Sendiri dan tetaplah sendiri
Mengharap sesuatu yang pasti
Namun tiada kan bisa menghampiri

Semua karena seseorang
Yang tiada lagi di sampingku
Dia pergi... Menelantarkan perasaanku
Sungguh... Getir yang kurasakan
Kini...

Kau torehkan tinta hitam di jiwa
Bukan hanya setetes
Melainkan seluas dan sedalam lautan
Hingga buatku gundah gulana

Dan hatikupun makin menghitam
Menghidupkan kembali kegundahan
Tetesan kerisauan yang berjatuhan
Menimpa sukmaku yang tak bisa melawan

Nikmat namun menghancurkan
Itulah arti dari cinta
Yang tlah kualami
Yang menyakitkan hati

Mencabik-cabikku....
Menenggelamkanku....
Meleburkanku....
Meremukkan hatiku....

Dengan keadaanku kini
Kutak sanggup lagi tuk senangkan diri
Takkan bisa tersenyum lagi
Tertawa... apalagi
Seperti yang dulu

Kuterbayang akan wajah ayumu lagi
Manis... menyejukkan hati
Tapi... kau tlah pergi
Tinggalkanku
Selamanya...

Pergilah Dilema

Luluh lantak perisai jiwa yang fana
Mereganglah seluruh keremangan pendera
Hancurlah benteng rindu yang buatku nestapa
Pergi… pergilah
Bawa serta derita jiwa yang menggilas rasa cinta

Kutak mau lagi
Menjadi budakmu tuk sekian kali
Kuingin bebas ungkapkan diri
Walau kan sirnakanku nanti

Dilemalah yang buatku lara
Melukakan hatiku yang tiada daya
Enyahlah wahai dilema
Carilah yang lain yang engkau suka

Tapi mengapa ?
Kau tetap bersemayam dalam raga
Tak mau terlepas jua
Mengapa… mengapa… ?

Lihatlah aku
Tak merasa kasihankah dirimu
Aku lemah karenamu
Terhinakan olehmu

Kumohon... bergegaslah pergi
Kuingin rasakan lagi
Cinta… yang damaikan hati
Karena adamu.. menghalangi itu

Lelah Hati

Hatiku lelah menerima perlakuanmu
Yang tiada lagi peduli padaku
Membiarkanku
Dalam kehampaan jiwaku
Jiwaku resah
Menderita
Tak kuasa lagi
Tak sanggup kuterus begini
Kuingin bebas
Lepas
Dari semua yang terasa
Tuk damaikan jiwa
Lemah kumelangkah
Tak jua menghilang
Semakin lama
Aku kian lara
Letih...
Lesu...
Lunglai...
Hanya itu yang kurasa
Aku masih di sini
Terpuruk dalam sepi
Mencoba tegarkan diri
Hadapi semua ini

Derita Jiwa

Jeritan hati
Kian mendesak
Terasa sesak
Kuingin teriak
Lama kumenanti
Jawaban yang pasti
Yang layak bagi diri
Tuk bisa lewati hari
Letih kuberdiri
Lemah kumelangkah
Tiada kekuatan
Tak bisa kuterus bertahan
Aku harus bagaimana
Akankah aku berubah
Adakah tuhan menolong
Diriku yang hampir hilang
Ditelan tsunami kerisauan
Tak ada cara lain
Kudekatkan diri
Kepada sang ilahi
Lama kumencoba
Tetap setia pada-Nya
Akhirnya...
Kulihat secercah cahaya
Yang buatku bahagia
Yang ternyata... cintaku yang lama

Perasaanku

Lagi dan lagi
Kurasakan ini
Yang tak jua terhenti
Selalu dan slalu begini
Tak ada habisnya
Semakin menyekujur jiwa
Perantaranya menyentuh sukma
Lara, benar-benar lara
Tak terasa
Sudah sekian lama
Aku terdiam tanpa usaha
Aku harus bagaimana?
Awalnya kuseperti biasa
Tapi entah mengapa
Sejak kita bersua
Hatiku jadi gundah gulana
Ada apa ya?
Kok nggak seperti biasa
Yah, nggak taulah
Kok begini ya?
Tapi kuterdiam lagi
Tak sejalan dengan hati
Kubiarkan perasaan ini
Abadi bersama hati
Tanpa bisa menampakkan diri

Lara Hati

Meleleh air mataku
Akibat lara yang menyayat hatiku
Menggoreskan luka yang mendalam
Mengiris-iris perasaan
Dukaku tiada henti
Buatku makin tersakiti
Lama kumenanti
Penawar derita hatiku
Perih terasa
Jiwapun terletihkan
Hatikupun terlemahkan
Sukmapun terbinasakan
Lelah menjiwa
Merapuhkan separuh raga
Sanubariku lebur
Bersama sisa pilu yang menyebar
Kuterkikis oleh waktu
Tersingkir ke penghujung keriasuan
Terlarut dalam kelam
Terpedaya kerinduan
Pernah terlintas di benakku
Tuk terlepas dari semua ini
Tlah kucoba melenyapkannya
Namun kutenggelam jauh lebih dalam
Kedasar palung menghancurkan